Halaman

Jumat, 24 Februari 2012

"Panggalan" ... Bermain "Panggal" / Gasing di Bulu Tumpang

Gasing adalah mainan khas warga Melayu yang memanfaatkan prinsip "angularmomentum" dimana benda yang berputar kencang di atas poros akan cenderung berdiri  tegak. Semakin kencang gasing berputar maka semakin stabil dan semakin lama gasing akan berdiri tegak.


Bentuk gasing bermacam-macam, blogger Iniarji mempunyai koleksi gambar gasing sebanyak 70 macam. Prinsip permainannya sama yaitu dengan memutar gasing sekencang mungkin sehingga gasing bisa berdiri tegak.  tetapi variasi permainannya bisa bermacama - macam dan bentuk gasing disesuaikan dengan tujuan permainannya. Ada gasing yang dibuat untuk menimbulkan suara, ada yang dibuat agar mampu berputar dalam waktu yang lama dan ada yang dibuat dengan tujuan untuk diadu.

Di Bulu Tumpang, gasing diberi istilah "Panggal" dan bermain gasing diberi istilah "Panggalan". Bentuk panggal khas dan sedikit berbeda dengan yang tercantum pada gambar di atas. Alat untuk memutar panggal menggunakan tali yang diberi istilah "Uwet".

Bahan Panggal :
Panggal dibuat dari kayu yang masih basah, biasanya menggunakan kayu lamtoro / petai china / klandingan, tapi bisa juga dengan kayu yang lain yang keras. Kayu yang dipilih adalah kayu yang bagian tengahnya sudah menghitam / "galih" yaitu bagian kayu yang berserat keras. Pemilihan jenis kayu ini sangat menentukan kualitas panggal yang di buat. Semakin keras kayu yang dipakai maka semakin bagus kualitas panggal yang di buat, apalagi kegunaan panggal lebih dikhususkan untuk diadu.
Dengan batuan gergaji dan parang / "kudi", kayu tersebut dibentuk menjadi panggal yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kepala dan kaki. Ketrampilan pembuat panggal sangat menentukan kualitas panggal yang dibuat. Semakin simetris maka semakin stabil panggal dalam berputar. Sebagian panggal dibuat dengan bagian panggal seluruhnya terdiri atas kayu, tapi pada varian yang lain kaki panggal digantikan dengan besi beton. Tujuan penggunaan besi beton sebagai kaki panggal adalah untuk menguatkan pukulan panggal sewaktu diadu sehingga panggal lawan bisa menjadi cacat atau bahkan sampai terbelah.

Bahan Uwet :
Uwet adalah seutas tali seperti cambuk dengan panjang sekitar 1 meter yang akan dililitkan pada kaki panggal melingkar ke kepala panggal untuk kemudian ditarik agar panggal bisa berputar. Uwet juga berguna untuk mengarahkan panggal ke arah panggal lawan ketika diadu. 
Uwet yang bagus terbuat dari "lulub" yaitu serat kulit kayu bagian dalam. Lazimnya menggunakan lulub dari kulit kayu pohon melinjo. Keistimewaan bahan ini adalah seratnya yang liat, tidak licin, mudah dipilin dan dibentuk sehingga hasilnya seutas uwet yang kuat. Bila tidak tersedia, bisa juga menggunakan pelepah daun pisang yang sudah kering.

Cara Bermain Adu Panggal :
Permainan ini dilakukan oleh beberapa anak, biasanya lebih dari 3 orang. Permainan dimulai dengan memutar panggal secara serempak, panggal yang paling cepat berhenti adalah Tumbal Pertama dan panggal yang paling lama berhenti adalah Rajanya. Urutan dari Tumbal sampai dengan Raja ditentukan berdasarkan lamanya panggal berputar. Setelah urutan berhasil ditentukan, maka permainan adu panggal yang sebenarnya baru dimulai.
Sang Tumbal akan memutar panggalnya dan urutan di atasnya akan memukul panggal Sang Tumbal dengan panggalnya. Pukulan tersebut dianggap berhasil apabila panggal Sang Tumbal berhenti berputar tetapi panggal sang pemukul masih berputar. Bila panggal Sang Tumbal masih berputar atau panggal sang pemukul tidak berputar setelah memukul, maka sang pemukul dianggap kalah dan berganti posisi menjadi Sang Tumbal.
Tingkatan tersebut dilanjutkan secara berjenjang ke atas sampai Sang Raja. Prinsip permainan adalah apabila sang pemukul gagal mengeksekusi tingkatan di bawahnya maka dia akan turun tingkat dan yang dieksekusi akan naik tingkat. Pemenang adalah pemain yang menjadi Raja paling lama.
Ketrampilan pemain dan kualitas panggal sangat menentukan kemenangan pemain. Panggal dengan kualitas rendah akan dengan mudah dimatikan oleh eksekutor, bahkan bisa dibelah oleh panggal lawan.

Gambar dan video permainan panggal di Bulu Tumpang Insya Allah akan kami tampilkan sebagai wacana lain permainan tradisional di Indonesia yang sangat beragam. Mungkin berbeda dengan permainan panggal / gasing di tempat lain, tapi inilah Indonesia yang penuh dengan keragaman.

Tunggu posting berikutnya tentang permainan tradisional di Bulu Tumpang.. 

Sabtu, 18 Februari 2012

Bulu Tumpang Riwayatmu Kini


Bulu Tumpang.. wilayah kecil yang terletak di RT 01 RW III Dukuh Muntukdawung Desa Rowokele Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. terletak di 7'38"11 LS dan 109'26"19 BT dengan ketinggian 24 meter di atas permukaan air laut.

Nama Bulu Tumpang saat ini sudah jarang sekali di gunakan dan mungkin anak muda saat ini yang tinggal di wilayah tersebut sudah tidak lagi menggunakan nama Bulu Tumpang. Secara administratif sudah cukup dengan menyebutkan RT / RW dan nama Dusun.

Nama Bulu Tumpang mempunyai sejarah tersendiri yang mungkin tidak tercatat di buku sejarah manapun dan bukan termasuk cerita legenda sehingga tidak tercantum dalam buku-buku cerita. Dasar penamaan Bulu Tumpang adalah karena di daerah tersebut terdapat sebongkah batu besar berbentuk seperti piringan (hampir mirip bentuk piring terbang - UFO) dengan diameter sekitar 5 meter dan ketebalan bagian tengahnya sekitar 2 meter. Karena bentuknya yang seperti piringan, maka hanya bagian tengah batu itu saja yang menempel ke tanah seolah-olah batu itu menumpang di atas tanah. Di atas batu tersebut pernah tumbuh sejenis pohon keras yang disebut pohon Bulu. Kondisi alam inilah yang memunculkan istilah Bulu Tumpang dan istilah tersebut kemudian dijadikan nama wilayah tersebut.

Meskipun nama Bulu Tumpang sudah tidak populer lagi dan tidak lagi dipakai untuk menamai wilayah tersebut, tapi bagi generasi yang lahir sebelum tahun 1980, nama ini mempunyai kenangan tersendiri. Mengenang nama Bulu Tumpang adalah mengenang suatu jaman dimana kehidupan masih sangat sederhana dan tradisional dengan berbagai keterbatasan yang ada. Saat itu belum ada aliran listrik, televisi masih menggunakan accu, penerangan menggunakan "petromax" atau lampu teplok atau lampu sentir. Permainan favorit saat bulan purnama adalah "gobak sodor" yang dimainkan di lapangan setelah Shalat 'Isya sampai menjelang tengah malam.

Tapi jaman terus berubah, Pohon Bulu yang hidup di atas batu Bulu Tumpang telah lama mati dan batu "Bulu Tumpang" dihancurkan untuk kepentingan pelebaran jalan desa Tugu pada tahun 1980, bahkan saat ini tempat bersemayamnya batu Bulu Tumpang sudah tidak ada bekasnya lagi, rata dengan tanah dan sudah berubah fungsi menjadi areal peternakan sapi.

Kondisi sosialnya juga berubah, sudah tidak ada lagi permainan "gobak sodor". Televisi atau PS atau warnet telah menjadi alternatif permainan yang dianggap jauh lebih menarik. Bahkan lapangan yang dulu dipakai untuk permainan "gobak sodor" pun saat ini berubah fungsi menjadi Sekolah.

Jaman memang telah berubah.. semuanya telah berubah. Melalui Blog ini, aku akan mencoba mengenang kembali masa-masa yang jauh berbeda dengan saat ini.. aku persembahkan khusus bagi generasi Bulu Tumpang sesudah kami yang tidak lagi mengenal Bulu Tumpang..

Tunggu artikel berikunya yang akan mengupas Bulu Tumpang secara detail..